Rabu, 09 Oktober 2013

Peristiwa G30S 1965 Dan Indonesia Saat Ini

Hari ini kita kembali mengenang peristiwa G30S 1965. Tidak bisa dimungkiri, peristiwa 48 tahun silam itu sangat berpengaruh terhadap perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini.

Peristiwa G30S mengawali berbagai kejadian kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Pertama, G30S telah menjadi dalih bagi Soeharto untuk menumpas organisasi-organisasi kiri dan menggulung kekuasaan Soekarno. Kedua, G30S telah menjadi dalih bagi Soeharto untuk melakukan pembantaian massal terhadap jutaan bangsa Indonesia yang dicap ‘komunis’. Ketiga, pasca peristiwa itu Indonesia memasuki masa gelap, yakni kediktaroran rezim Orba yang berlangsung selama 32 tahun.

Di bawah rezim Orba, kehidupan ekonomi, politik, dan budaya bangsa Indonesia berubah total. Sebelum 1965, hampir semua sektor perekonomian sudah nyaris berada di bawah kendali bangsa Indonesia. Saat itu pemerintahan Soekarno berambisi besar membawa Indonesia menjadi negara berdikari secara ekonomi. Namun, sejak Orba berkuasa, modal asing dipanggil kembali untuk mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia. Tak hanya itu, aset-aset ekonomi beralih ke tangan swasta, baik swasta asing maupun swasta domestik/kroni Soeharto.

Selasa, 01 Oktober 2013

Biografi Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub, Pakar Hadis Indonesia



Muslimedianews ~ Indonesia boleh berbangga, karena masih banyak memiliki ulama-ulama yang dibanggakan bukan hanya oleh warganya tetapi juga oleh para ulama dari berbagai penjuru dunia. Kalau dulu kita mengenal Syaikh Nawawi al-Bantani dan Syaikh Yasin al-Faddani, sekarang kita masih memiliki banyak sosok yang membanggakan, diantaranya adalah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub.

Daftar Isi:

1.      Latar Belakang KH. Ali Mustafa Yaqub
2.      Pendidikan KH. Ali Mustafa Yaqub
3.      Ulama Luar Negeri Datang ke Indonesia dan Uji KH. Ali Mustafa Yaqub
4.      KH. Ali Mustafa Yaqub Mulai Aktif Berdakwah
5.      Karya-karya KH. Ali Mustafa Yaqub
6.      Pemikiran KH. Ali Mustafa Yaqub dalam Ilmu Hadits
7.      Kritikan KH. Ali Mustafa Yaqub Terhadap Syaikh Al-Albani

1.      Latar Belakang KH. Ali Mustafa Yaqub

Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA lahir di Kemiri, Batang, Jawa Tengah, pada tanggal 2 Maret 1952 M dari sebuah keluarga yang taat menjalankan agama.

Domisili beliau sekarang di Jl. SD. Inpres No. 11 RT.002 RW.09 Pisangan-Barat Ciputat 15419 Tangerang-Selatan Banten.

2.      Pendidikan KH. Ali Mustafa Yaqub

Selasa, 10 September 2013

Prof. Dr. Ahmed Mahmod Karimah (Ulama' al-Azhar Mesir) Dalam Kuliahnya Di UIN Syarif Hidayatullah

Kedatangan salah satu Ulama Al-Azhar ahli Ushul Fiqh Prof. Dr. Ahmed Mahmod Karimah dimanfaatkan benar oleh Fak. Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kunjungan beliau sebagai delegasi Al-Azhar atas undangan Kementerian Agama RI untuk menghadiri Simposium Internasional II tentang Madrasah in The Global Context, sebagai salah satu pembicara utama, beliau masih menyempatkan waktunya yang sangat singkat di Jakarta untuk memberikan kuliah umum di FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh FDI pada hari Rabu, 4 September 2013 tersebut, beliau membuka pemaparannya dengan menyampaikan betapa pentingnya ilmu  dan ahli ilmu memiliki derajat yang sangat tinggi. Dilanjutkan kemudian dengan pemaparan terkait perbedaan dan pertentangan pendapat madzhab yang terjadi di antara ulama fikih.

Dalam presentasinya beliau menekankan pentingnya saling menghargai dan tetap menghormati pendapat yang berbeda. Karena sebenarnya perbedaan tersebut tidak dalam level dasar prinsip (syariah), melainkan sebatas furu’ (fikih). Dan tidak diperkenankan pula mengkultuskan satu madzhab dari yang lainnya, karena semua pendapat tersebut berangkat dari upaya ijtihad para ulama. Oleh karenanya tidak pula diperkenankan bagi kita untuk membenarkan satu dari madzhab lainnya, karena setiap itjihad dapat mengandung kebenaran dan kesalahan, dan hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang mutlak.

Jumat, 06 September 2013

Janji Kemerdekaan


Kibarannya membanggakan. Merah-Putih berkibar gagah di tiang bambu depan rumah batu. Rumah sepetak kecil, alasnya tanah, dan atapnya genteng berlumut. Berlokasi di tepi rel kereta tak jauh dari Stasiun Jatibarang, rumah batu itu polos tanpa polesan material mewah.

Pemiliknya jelas masih miskin. Namun, dia pasang tinggi bendera kebanggaannya. Seakan dia kirim pesan bagi ribuan penumpang kereta yang tiap hari lewat di depan rumahnya: Kami juga pemilik sah republik ini. Kami percaya di bawah bendera ini kami juga akan sejahtera!

Yang miskin telah menyatakan cinta dan bangga kepada negerinya. Keseharian hidupnya mungkin sulit, mungkin serba kerontang. Mungkin tak punya tabungan di bank, tetapi tabungan cintanya kepada republik ini luar biasa banyak. Negeri ini masih dicintai dan dibanggakan rakyatnya tanpa syarat.

Minggu, 18 Agustus 2013

Cara Menganalisis Konflik


Dalam acara launching dan bedah buku Prahara Suriah di Univ Paramadina, dua akhwat berjilbab lebar hadir dan duduk paling depan. Kelihatannya mereka tekun menyimak pemaparan para pembicara, termasuk saya. Namun saya sungguh kaget saat salah satu dari akhwat itu berbicara di sesi tanya jawab. Dia menujukan pernyataan (bukan pertanyaan) kepada Wakil Dubes Suriah, kurang lebih, “Sebenarnya saya tidak perlu semua pembicaraan ini [sambil menujuk ke arah para pembicara]. Saya hanya ingin menyampaikan pesan kepada saudara-saudara Sunni saya di Suriah, tolong sampaikan kepada mereka permintaan maaf saya karena saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu mengurangi penderitaan mereka.”

Sungguh tak saya sangka rupanya si akhwat itu tadi selama hampir tiga jam duduk di depan saya sambil menulikan pendengaran dan menutup pengelihatannya. Meskipun tak bicara blak-blakan, tapi nadanya mengandung emosi, jelas sekali si akhwat tetap berpegang pada paradigma yang dibawanya sejak awal, yaitu bahwa ini adalah konflik Sunni-Syiah dan kaum Sunni menjadi korban kezaliman rezim Syiah Assad (sebagaimana yang didengungkan berbagai ormas Islam pendukung jihad ke Suriah selama ini).

Sabtu, 17 Agustus 2013

17 Agustus & Swedes


Sekilas tentang Swades, Swades adalah sebuah film india yang dirilis pada tahun 2004. Film diproduseri oleh Ashuthos Gowariker dan dibintangi bintang Holywood Shahrukh Khan dan aktris cantik nang anggung Gayatri Joshi. Paduan antara aktor tampan, aktris cantik, dan didukung pemain-pemain handal lain, sangat apik dalam menyajikan film mengusung tema edukatif, sosiali, dan nasionalis. Dan menurut saya film ini adalah salah satu film India yang wajib untuk ditonton.

17 Agustus dan Swades, lantas apa hubungannya..?mengingat tanggal 17 agustus adalah dimana Ir. Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 silam. Dan kemudian menjadi rutinitas tahunan bagi warga Indonesia dari penjuru nusantara mengadakan peringatan dengan mengadakan upacara kemerdekaan. Bahkan antusiasme dan semaraknya sudah tercium jauh sbelumnya, dengan diadakannya berbagai macam perlombaan.

Senin, 05 Agustus 2013

Malam 27 Ramadan di Masjid Husain


Tidak seperti biasanya, pengunjung taman dan masjid Husain ramai dan padat. Kalaupun tiap malam hari pada bulan suci Ramadan tidak sampai sebegitu padat, mungkin akan tampak ramai daripada bulan-bulan biasa. Tapi pada malam 27 Ramadan ini, taman serta masjid husain seakan penuh padat dan ramai dikunjungi rombongan orang, atau keluarga.

Setelah ngobrol dengan salah satu warga mesir, memang  sudah menjadi tradisi tahunan ketika malam 27 Ramadan, rombongan keluarga, teman, dan saudara berbondong-bondong mengunjungi kawasan masjid Husain. Mereka sengaja datang pada waktu sore menjelang buka,
dengan membawa makanan dari rumah masing-masing, kalaupun tidak membawa makanan dari rumah, banyak di kawasan Husain ini terdapat dermawan menyediakan buka gratis, atau yang biasa disebut Maidaturrahman.

Kamis, 25 Juli 2013

Anis Baswedan: Pondok Ban Tan & Surin Pitsuwan

Ya Nabi salam alaika…
Ya Rasul salam alaika…
Ya habibie salam alaika…
Shalawatullah alaika…
Sekitar seribu anak-anak menghampar di lapang rumput depan pondok. Lautan kerudung dan peci putih, melafalkan shalawat, khusuk dan menggema.

Suasana pondok Pesantren Ban Tan malam ini terasa unik. Pondok kecil ini dibangun di pedalaman Thailand Selatan. Untuk mencapainya, kita harus terbang dari Bangkok, jaraknya sekitar 750 km ke kota kecil Nakhon Si Thammarat, lalu dari airport yang kecil itu, naik mobil kira-kira satu jam ke pedalaman.

Masuk di tengah-tengah desa-desa dan perkampungan umat Budha, di situ berdiri Pondok Ban Tan. Dibangun awal abad lalu dengan beberapa orang murid. Niatnya sederhana, menjaga aqidah umat Islam yang tersebar di kampung-kampung yang mayoritas penduduknya beragama Budha.

Melihat wajah anak-anak pondok, seperti kita sedang menatap masa depan. Anak-anak yang dititipkan orang tuanya untuk sekolah ke Pondok, untuk menjaga sejarah kehadiran Islam di kerajaan Budha ini. Di propinsi ini mereka berdampingan dengan damai. Sebuah tradisi yang harus dijaga terus.

Malam ini, setelah berliku perjalanannya, seakan jadi salah satu kegiatan puncak untuk keluarga pengasuh pondok ini.

Selasa, 23 Juli 2013

Saikh Abdul Qodir al-Jailani: Saat Umat Saling Mengkafirkan

Negeri Baghdad sedang mengalami kekacauan. Umat Islam terpecah belah. Para tokoh Islam menjadikan khutbah Jum’at sebagai ajang untuk saling mengkafirkan. Di saat bersamaan, seorang Abdul Qadir Al-Jailani muda diamanati oleh gurunya, Syekh Abu Sa’ad Al-Muharrimi untuk meneruskan dan mengembangkan madrasah yang telah didirikannya.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani lalu berpikir bahwa perpecahan di antara umat Islam adalah akar masalah pertama yang harus segera disikapi, ilmu pengetahuan tidak pada posisinya yang benar jika hanya digunakan sebagai dalih untuk saling menyesatkan di antara sesama saudara.

Di tengah kegelisahannya atas keadaan umat Islam pada saat itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berniat untuk menemui setiap tokoh dari masing-masing kelompok, niat memersatukan umat Islam tersebut ia lakukan dengan sabar dan istiqomah, meskipun hampir dari setiap orang yang dikunjunginya justru menolak, mengusir, atau bahkan berbalik memusuhinya.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tetap teguh kepada prinsipnya, bahwa perpecahan Islam di sekitarnya tidak bisa didiamkan, melalui madrasah yang sedang dikembangkannya, dia mulai melakukan penerimaan murid dengan tanpa melihat nama kelompok dan status agama.

Senin, 22 Juli 2013

Syair-Syair Simbah KH. Muhammad MUnawwir Rahimahullah


KH. Muhammad Munawwir rahimahullah memiliki beberapa syair atau petuah-petuah bijak yang menjadi favorit beliau. Berikut syair-syair tersebut sebagaimana dalam buku manaqib sejarah beliau, antara lain:

-  Mengutip Imam Abu Sulayman al-Khaththabi, sebagaimana diriwayatkan oleh KH. Umar (Kempek, Cirebon):
وَلَسْتُ بِسَائِلٍ مَا دُمْتُ حَيًّا #  أَسَارَ الخَيْلُ أَمْ رَكِبَ الأَمِيْرُ
(Selama aku hidup, aku tidak akan bertanya (dan tidak peduli), apakah yang berlari kuda, ataukah Amir yang menaikinya)
Barangkali antara maksudnya: ketika seseorang sudah menetapkan diri untuk mondok ya harus siap dengan segala konsekwensinya, yaitu beruzlah dan mengasingkan diri dari berbagai hal yang mungkin terjadi di sekitarnya dan mengganggu konsentrasi belajarnya.

Selasa, 02 Juli 2013

Mahfud MD: Santri Juga Bisa Memimpin Bangsa

Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan tertua bangsa ini dulunya dikatakan sebagai pendidikan kelas 2. Sebab lembaga pendidikan yang langsung dinahkodai oleh kiai dianggap hanya mampu mendidik santri memahami fikih saja seperti bisa shalat dan sejenisnya namun seiring perkembangan zaman pesantren yang eksis hingga saat ini santri-santrinya juga bisa memimpin bangsa.

Hal itu dikemukakan Mahfud MD saat memberikan tausiyah dalam Haflah Akhirus Sanah Pesantren Hadziqiyah desa Gemiring Lor kecamatan Nalumsari kabupaten Jepara, Ahad (30/6) siang.

Rabu, 26 Juni 2013

Sekilas Pandang Tentang Anis Baswedan

“Indonesia tak ubahnya negara kolonial, seperti dahulu belanda dan jepang menjajah.” Begitulah perkataan yang kerap kali disuarakan oleh Anis Baswedan PH.D., dalam menghadapi kondisi negara saat ini. Mereka beraanggapan bahwa warga Indonesia bukanlah sebagai tolak ukur aset negara, melainkan aset adalah materi baik dari sektor kekayaan alam maupun barang tambang yang bisa dimanfaatkan dan menjadi pundi-pundi uang. Beliau yang sekarang masih menjabat menjadi Rektor Universitas Paramadina, dan penggagas Indonesia Mengajar, melihat bahwa wacana fundamental ini haruslah diubah. Karena telah terlalu lama menina bobokan masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya tindakan guna merekonstruksi ke wacana baru, yaitu Indonesia akan maju dengan aset sumber daya mansianya. Bukan dari segi materi, akan tetapi memanfaatkan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki bagi setiap lapisan masyarakat.

Syafi'i Ma'arif: Kejujuran Bernegara


Semakin panjang jalan yang dilalui kemerdekaan bangsa yang sampai detik ini menjelang 68 tahun, semakin tersibak penyimpangan kelakuan kolektif kita, terutama seperti yang diperagakan oleh sebagian kaum elite Indonesia. Perasaan berdosa dan berdusta yang mengkhianati sumpah jabatan sudah dianggap ringan tanpa beban moral sama sekali. Lihatlah di layar kaca wajah-wajah para tersangka korupsi yang menebar senyum, tak semiang pun terlihat tanda penyesalan.

Pertanda apa semua pertujukan hitam ini? Jawabannya tunggal: sebagian elite bangsa ini secara moral sedang pingsan. Nurani yang pada dasarnya jujur dan bersih sudah lama tidak difungsikan. Akal sehat pun telah tiarap berhadapan dengan kuatnya godaan materi, seks, dan kekuasaan. Dalil-dalil agama yang sering dikutip hanyalah topeng untuk menutupi keserakahan terhadap kesenangan duniawi yang tak pernah merasa puas. Perilaku semacam ini jauh lebih busuk dari kelakuan mereka yang terang-terangan tidak menyukai agama yang mungkin dalam batas-batas tertentu masih bermoral.

Rabu, 01 Mei 2013

Kalbu Vs Nafsu

Malaikat bersuara, setan turut melejit
Malaikat berkata putih setan merajuk  hitam
Oooh berat mana jalan mengarah
Pergulatan hitam putih nampaknya akan selalu panas
Saling beradu ketangkasan
Tinggal mana yang kuat
Dan sanggup menembus raiso
Ataukah sampai pada naluri

Kamis, 18 April 2013

KH. Warson Munwawwir, Pionir Kamus Al-Munawwir Berpulang


Krapyak, 18 April 2013. KH. Ahmad Warsun Moenawwir, Penyusun kamus Bahasa Arab -Indonesia “Al-Munawwir” yang masyhur itu berpulang pada usia 79 tahun. Almarhum wafat pada Kamis Pahing, 7 Jumadil Akhir 1434 H/18 April 2013 M tepat 3 hari sebelum peringatan haul ke-74 KH. M. Moenawwir yang diadakan Ahad, 21 April 2013.  Kondisi suami dari NY. Hj. Husnul Khotimah ini sebelumnya sudah sering sakit-sakitan karena faktor usia. Beliau lahir pada Jum’at Pon, jam 00.30, tanggal 22 Sya’ban tahun Wawu (1865) 30 Nopember 1934/20 Sya’ban 1353 H.

Berita wafatnya Kyai Warsun mulai tersebar sejak pukul 06.00 pagi tadi. berdasarkan informasi yang diterima redaksi, selepas shubuh tadi almarhum sempat di bawa ke rumah sakit. Namun Allah berkehendak, Kyai Warsun menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kyai Warsun meniggalkan 1 istri dan 2 orang putra, serta 4 orang cucu.  Jenazah akan dimakamkan di makam Dongkelan berdampingan dengan keluarga Pondok Pesantren Al-Munawwir yang lain pada Kamis, 18 April 2013, pukul 16.00 wib. Selamat jalan Guru, karyamu akan terus hidup sebagai amal jariyah yang selalu mendampingimu. (Krapyak.org)

Sabtu, 06 April 2013

Mentri Nyentrik Dahlan Iskan


Di tengah perasaan saya yang galau dan pesimis melihat Indonesia, salah satu mentri belagak nyentrik tak kehabisan gaya Dahlan Iskan memeberikan penawar, sehingga rasa optimis kembali terbuka. Tidak ketinggalan juga gubernur DKI Jakarta juga waklinya, Joko widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga mengisi daftar pemimpim pemimpin nyentrik kala ini. Saya sekarang tidak mau banyak cerita, namun sekedar share berita tentang  mentri satu ini, Dahlan Iskan. Karena gayanya mengundang decak kagum, dan inspiratif, semilsal berita yang mau saya share kali ini tanggapan beliau dalam memajukan perekonomian Indonesia, bagaimana beliau memberikan optimistis dan solusi supaya masyarakat jelata maupun elit saling bersinergi. Berikut ceritanya..
Setiap negara memiliki cara masing-masing untuk membangkitkan ekonominya. Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, Indonesia punya tiga modal untuk mendongkrak ekonominya. Apa saja?

Selasa, 02 April 2013

Awalnya, Syaikh Buty Membuat "Gerah" Salafi-Wahabi

Syekh Said Ramadhan Al-Buthi adalah tokoh utama kelas dunia dari kalangan Sunni atau Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau tidak hanya dikenal sebagai seorang sufi, namun juga ahli syariat sekaligus ahli hakikat, dan argumentator Sunni terhadap serangan-serangan non-Sunni. Ini diakui baik di Suriah maupun di dunia Muslim lainnya.

Salah satu dari kehebatan Syekh Buthi adalah kemampuannya berargumentasi terhadap serangan-serangan kelompok takfiriyah yang suka mengkafirkan kelompok Asy’ari (Sunni), juga suka mengkafirkan amalan-amalan fadhilah dan lain sebagainya. Syekh Buthi ini paling gigih dan paling jitu untuk melawan mereka.

Ada dua karya Syekh Buthi yang membuat “gerah” kelompok Wahabi dan Salafi yang ada di Suriah dan di dunia muslim pada umumnya. Pertama bukunya yang berjudul al-La Mazhabiyyah: Akhtoru Bid'atin Tuhaddidus Syariah Islamiyyah, yang artinya bahwa pemikiran non madzhab adalah bid’ah baru yang dapat merusak pemikiran syari'ah. Ringkasnya, buku itu menjelaskan bahwa orang memahami Islam itu harus dengan pola berfikir. Nah pola berfikir itu dengan metodologi ijtihad yang tidak bisa hanya diserahkan orang-perorang yang tidak memenuhi syarat untuk itu. Menurut Syekh Buthi, bagi mereka yang melakukan itu samalah artinya dia merusak Islam karena dia akan memelencengkan makna yang sesungguhnya dari Islam itu sendiri. Buku ini sangat terkenal dan jitu sekali untuk melawan Wahabiyah dan kelompok takfiriyah tadi.
Kedua, buku Syekh Buthi yang berisi uraian tentang Salafi yakni As-Salafiyyah. Bahwa menurutnya, Salafi ini bukan madzab tapi suasana keagamaan pada zaman as-salafus salih. Jadi Salafi bukan merupakan pola pemikiran tapi fakta kehidupan darus salam itu yang damai.

Selasa, 26 Maret 2013

Revival Ideologi Pancasila

Sekilas Sejarah Pancasila

Waktu terus bergulir masa lalu menjadi catatan sejarah.  Sepertihalnya Indonesia yang telah melalui sejarah panjang serrta terekam pahit manisnya untuk meraih kemerdekaan. Perjuangan para pahlawan dan pengorbanan menaruhkan jiwa raga, semagat juang tak kenal lelah, tak pedulikan darah akan mengalir nyawapun menjadi taruhan, dengan alasan Indonesia akan merdeka, dan kelak akan menjadi bangsa mandiri sanggup berdiri di buminya sendiri. Seungguh perjuangan yang sangat luar biasa dengan niat yang tulus demi memperjuangkan harga diri supaya tidak diinjak-injak para penjajah. Dan ahirnya perjuangan para pahlawan tak sia-sia, membuahkan kuasa hingga kalimat MERDEKA menggema di penjuru nusantara. Kini torehan para pahlawan menjadi catatan emas sejarah, yang seharusnya kita ucapkan terimakasih, mendoakan para pahlawan, dan apresiasi dengan meneruskan perjuanganya.

Hataman Qur'an dan Tahlil Untuk KH. Ali Maksum

(20/02/13) Rabu sore bertempat di salah satu kediaman alumni pondok pesantren Krapyak di Tajamu’ Awwal salah satu kawasan yang berada di ibu kota Cairo, mengadakan peringatan Khoul KH. Ali Maksum yang ke-24. Dalam acara ini dihadiri Bapak Muhammad Saifudin dan Bapak Ikhwani, selaku senior alumni Pondok Pesantren Krapyak, dan para alumni yang berada di Mesir. Juga turut berpartisipasi para alumni Pondok Pesantren Liroboyo, Tebu Ireng,  Matoli’ Kajen Pati, an      dalam acara Khoul ini.


Khoul diadakan selain mengenang dan mendo’akan Kh. Ali Maksum juga sebagai ajang silaturahmi antara alumni Krapyak yang tersebar di Cairo. Dan sebagai hormat ta’dzim kami terhadap jasa-jasa mulia beliau yang telah banyak menginspirasi hingga santrinya telah menyebar di penjuru nusantara bahkan dunia. Acara ini diisi dengan hataman al-Quran, pembacaan Tahllil, Mau'idoh Hasanah yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Saifudin Ma.  dan Bapak Ikhwani,  kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah.

Minggu, 24 Februari 2013

"Bumi Membiru Akibat Status Facebook"


Bumi kini “membiru”, mungkin langit terlihat biru disebabkan karena proses Rayleight Scattering atau hamburan cahaya, dimana cahaya matahari berbenturan dengan molekul gas dan partikel pertikel kecil dalam atmosfir bumi. Sedangkan matahari mempunyai paduan semua warna, dari merah, kunging, hijau, hingga ungu, akan tetapi dari sekian banyak warna, warna birulah yang mempunyai panjang gelombang yang rendah kemudian akan teraborsi lebih banyak dibandingkan dengan warna yang lain, sehingga warna biru yang dominan terlihat oleh mata. Saya disini bukanlah mau membahas teori ilmiah tentang kenapa langit membiru, tapi disini akan menceritakan uneg uneg yang sedikit menggelitik pikiran saya.

Kamis, 14 Februari 2013

Kerendah Hatian Gus Dur (KH. Abrurohman Wahid)


Oleh: Nuruddin Hidayat

Suatu ketika Gus Dur berkenan menghadiri undangan di daerah Tegal. Seperti biasa Gus Dur selalu didampingi pengawal dan supir serta beberapa orang lain yang menemani perjalanan beliau.

Perjalanan ini merupakan rangkaian dari beberapa undangan dari warga Nahdliyin kepada beliau untuk menghadiri acara Haul para Kyai dan acara PKB di daerah yang ketika itu dipimpinnya.

Dari Jakarta kami ke Surabaya dan keliling ke beberapa daerah di Jawa Timur diteruskan ke Jawa Tengah. Dari Semarang kami melanjutkan ke daerah Tegal lewat jalan darat. Memang ada pengusaha yang menawarkan Helicopter untuk dipergunakan selama perjalanan oleh beliau. Namun dengan halus beliau menolaknya.

Suatu ketika aku (NH) bertanya: “Pak, itu Pak …(X)… nawarin Heli kok dipun tolak?”

Kamis, 31 Januari 2013

Sekilas Tentang Mbah Kiyai Zainuddin Mojosari Nganjuk



Seumber: Aqil Fikri

Mbah Kiyai Zainuddin adalah ulama besar Nusantara yang "paling tidak terekspose" bila dibanding dengan ulama-ulama seangkatannya semisal Syekh Nawawi al-Bantaniy, Syekh Sholeh Darat (guru beliau), Syekh Kholil Bangkalan, KH. Dimyathi Tremas Pacitan, Syekh Asnawi Kudus.

Ketika dulu para santri masih menggunakan sitem rihlah (kelana), maka Mbah Kiyai Zainuddin adalah salah satu ulama "wajib" yang dituju para santri pada zaman itu dalam rangka menyempurnakan keilmuan para santri. Dari segi usia memang beliau paling muda dengan teman seangkatannya namun beliau yang paling akhir meninggal dunia (menurut keterangan salah satu santrinya wafat beliau tahun 1954).

Beliau menempati sebuah pondok tua yaitu di Mojosari Loceret Nganjuk. Mungkin karena secara geografis berada di kaki gunung Wilis, maka beliau "tidak banyak diekspose" dibanding sahabat-sahabatnya, karena memang dalam sejarahnya beliau cenderung bergerak dalam keilmuan tasawwuf.

Kamis, 24 Januari 2013

Toleransi, Filosofi Sayur Kotok




Hidup di perantauan, meranatu ke negeri orang untuk menimba ilmu. Jauh dari keluarga sanak saudara, pastilah membutuhkan tenaga lebih untuk memfasilitasi keperluan hidup sehari hari, ketika hidup bersama orang tua, hidup enak terasa serba ada dan serba dilayani, kemudian ketika terbang menuju negara asing, tiba tiba kehidupan itu berubah begitu saja. Akan tetapi hidup di perantauan pastilah akan menemukan dunia dan keluarga baru, yaitu teman teman yang akan tinggal dan hidup dalam satu atap rumah, untuk mengadu nasib bersama. Di sinilah keluarga baru, di mana satu sama lain harus saling melengkapi, melayani, juga berembuk bagaimana rumah itu tetap harmonis dan nyaman untuk untuk bernafas. Yang paling penting, ketika perut ini terisi maka damailah semua. Olleh karena itu, kami berinisiatif mengatur jadwal memasak supaya perut tenang dan perut tidak meronta ronta karena telat jadwal.

Makan Satu Nampan



makan satu nampan
duduk berjejeran
berbentuk lingkaran
tak peduli desak desakan
makan tetap berjalan
makan bebarengan
senangnya tak karuan