Hidup di perantauan, meranatu ke negeri orang untuk menimba
ilmu. Jauh dari keluarga sanak saudara, pastilah membutuhkan tenaga lebih untuk
memfasilitasi keperluan hidup sehari hari, ketika hidup bersama orang tua, hidup
enak terasa serba ada dan serba dilayani, kemudian ketika terbang menuju negara
asing, tiba tiba kehidupan itu berubah begitu saja. Akan tetapi hidup di
perantauan pastilah akan menemukan dunia dan keluarga baru, yaitu teman teman
yang akan tinggal dan hidup dalam satu atap rumah, untuk mengadu nasib bersama.
Di sinilah keluarga baru, di mana satu sama lain harus saling melengkapi,
melayani, juga berembuk bagaimana rumah itu tetap harmonis dan nyaman untuk untuk
bernafas. Yang paling penting, ketika perut ini terisi maka damailah semua.
Olleh karena itu, kami berinisiatif mengatur jadwal memasak supaya perut tenang
dan perut tidak meronta ronta karena telat jadwal.
Waktu itu giliran saya memasak, heeem masak apa ya...?
bertanya Tanya kebingungan. Ternyata di dalam kulkas terdapat sayuran, kentang,
wortel, bumbu bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lauk telur dan juga tempe makanan khas
Indonesia. Kemudian terlintas, ini musim dingin pasti akan nikmat ketika dibuat
sayur Kotok, bahan sudah komplit dan tinggal memasak. Sayur Kotok yaitu terbuat
dari bahan bahan kombinasi sayuran di atas dengan tempe, kemudian ditambahi
santan dan bumbu dapur lainnya, tapi santan susah didapat, maka saya siasati
diganti dengan susu. Mungkin ada yang bertanya, ko sayur Kotok, namanya aneh
juga. Kotok sendiri diambil dari bahasa jawa Kotok yang berarti galak, atau
pemarah. Karena sayur kotok adalah salah satu sayur yang identik dengan berasa
pedas, cocok untuk disandingkan dengan bubur juga nasi biasa. Mungkin inilah
salah satu filosofi mengapa dinamakan
sayur kotok, bayangkan saja ketika melihat orang yang amarahya sedang memuncak muka
kemudian merah, kemudian bandingkan dengan orang sedang makan makanan pedas.
Kemudian ketika saya hendak memasak, sayur Kotok yang identik
dengan pedasnya, tapi teringat penghuni rumah dari berbagai macam daerah, ada
sunda, jawa, ada yang suka pedas, dan tidak. Okelah, saya akan buat kotok versi
saya sendiri, yaiutu pedasnya sedang, ada manisnya, gurih, dan juga menyehatkan
karena 4 sehat 5 sempurna terpenuhi. Kalau ditelisik dari sinilah timbul sikap toleransi
saling menghargai satu sama lain dalam lingkup kecil keluarga satu atap rumah.
Karena keluarga kecil di perantauan bisa jadi menjadi sebuah ceminan keluarga
masa depan, kemudian bersinggung dengan dunia yang lebih luas. Lho kenapa, dari
sayur kemudian keluarga saja sampai nogmongin toleransi segala. Ketika sikap
toleransi kepada sesama agama saja sukar, apalagi beda agama, mungkin kita
mulai dari kehidupan kita yang raung lingkupnya lebih kecil, supaya mawas diri
dan melatih diri.
Jadi, selamat makan…. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar