“Indonesia tak ubahnya negara
kolonial, seperti dahulu belanda dan jepang menjajah.” Begitulah perkataan yang
kerap kali disuarakan oleh Anis Baswedan PH.D., dalam menghadapi kondisi negara
saat ini. Mereka beraanggapan bahwa warga Indonesia bukanlah sebagai tolak ukur
aset negara, melainkan aset adalah materi baik dari sektor kekayaan alam maupun
barang tambang yang bisa dimanfaatkan dan menjadi pundi-pundi uang. Beliau yang
sekarang masih menjabat menjadi Rektor Universitas Paramadina, dan penggagas Indonesia
Mengajar, melihat bahwa wacana fundamental ini haruslah diubah. Karena telah
terlalu lama menina bobokan masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya
tindakan guna merekonstruksi ke wacana baru, yaitu Indonesia akan maju dengan
aset sumber daya mansianya. Bukan dari segi materi, akan tetapi memanfaatkan
kemampuan dan kelebihan yang dimiliki bagi setiap lapisan masyarakat.
Bapak Anis Baswedan dalam hal ini
mengutip dari seorang diplomat berwarga negara Singapura, yaitu Khisor Mahbubani.
Dalam kutipannya mengatakan “salah satu kunci sukses untuk tumbuh kembang
begitu pesat dari berbagai negara di Asia, yaitu diadobsinya meritokrasi dan
diberikannya perhatiannya dalam pengembangan sain, teknologi, dan edukasi.”
Dengan revivalisme dan saling bersinerginya antara sain, teknologi, dan edukasi
di nusantara ini, tentunya akan menjadi awal Indonesia berkembang. Kekayaan
materi sumber alam yang banyak dimiliki dari pihak asing, akan dapat dikuasai
kembali seiring kualitas dan kuantitas masyarakat yang semakin meningkat. Dan
jangan biarkan kembali negara asing
memberikan catatan kelam terhadap negeri tercinta ini, akan tetapi sekarang
gilirannya Indonesia memberikan warna terhadap dunia.
Mungkin wacana ini muncul dari
kegelisahan beliau melihat masih rendahnya pendidikan di Indonesia, sehingga
sering sekali dalam pidato-pidatonya menyampaikan pentingnya meritokrasi,
ataupun semangat pendidikan. Kemudian juga muncul ide Indonesia Mengajar,
dimana para calon pengajar handal dikirim ke plosok-plosok negeri untuk mengisi
kekosongan tenaga pengajar. Tentu kegiatan ini sangat bermanfaat, dan akan
banyak berdampak positif bagi negara. Beliau Juga menyampaikan, tidak usah
menunggu pemerintah untuk melakukan, selagi kita bisa mengapa tidak. Menurut
pribadi, Bapak Anis pantas menerima julukan Bapak Pendidikan Indonesia mengingat,
suaranya yang lantang dan tertus menerus dalam menyuarakan pendidikan dan tidak
hanya pandai dalam bersuara tapi juga langsung turun tangan turut menanggulangi
dalam masalah pendidikan ini.
Semoga orang-orang seperti beliau
selalu diberi kesehatan dan panjang umur, karena kapabilitas dan kredibilitasnyanya
yang sangat dibutuhkan guna sebagai pionir dan turut ikut serta dalam
memperbaiki bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar