Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan tertua bangsa ini
dulunya dikatakan sebagai pendidikan kelas 2. Sebab lembaga pendidikan yang
langsung dinahkodai oleh kiai dianggap hanya mampu mendidik santri memahami
fikih saja seperti bisa shalat dan sejenisnya namun seiring perkembangan zaman
pesantren yang eksis hingga saat ini santri-santrinya juga bisa memimpin
bangsa.
Hal itu dikemukakan Mahfud MD saat memberikan tausiyah dalam
Haflah Akhirus Sanah Pesantren Hadziqiyah desa Gemiring Lor kecamatan Nalumsari
kabupaten Jepara, Ahad (30/6) siang.
Mantan Ketua MK 2008-2013 itu menyontohkan santri yang
menjadi pejabat diantaranya Khofifah Indar Parawansa, Alwi Shihab, Muhaimin
Iskandar dan masih banyak lagi. Pesantren terang pria 56 tahun itu menjelaskan
santri mempunyai peluang sama seperti pelajar-pelajar yang lain. Hal itu lanjut
pria kelahiran Sampang (Madura) 13 Mei 1957 sesuai dengan tujuan pendidikan
yang tercantum UUD ialah mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pondok pesantren sudah sangat tepat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Sebab yang dicerdaskan tidak hanya otak namun wataknya
juga dimuliakan,” ungkapnya kepada ribuan hadirin yang memadati area pondok.
Dari itu, Doktor UGM Yogyakarta itu mengajak ratusan santri
yang diwisuda agar tidak kecil hati. Dengan ilmu sambungnya santri akan
mendapat apa yang diinginkan. Hal itu sebagaimana Nabi Sulaiman saat ditawari 4
hal lebih memilih ilmu sehingga baginda mendapatkan segalanya.
Disamping berilmu lanjut Mahfud santri juga harus bekerja
keras, sabar dan memiliki keimanan yang kuat. “Santri harus nrimo dan berjuang
agar cita-citanya terwujud,” lanjutnya.
Diakhir tausiyah alumnus Pesantren Al-Mardhiyyah Pamekasan
Madura itu mengutip salah satu syair Shalahuddin As-Shafari.
“Orang tidak akan sukses jika tanpa menghadapi tantangan. Dan
seseorang tidak akan mendapat kedudukan terhormat jika sebelum berbuat sudah
merasa ketakutan,” pungkasnya.
Sumber: Nu Online
Sumber: Nu Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar