Kamis, 18 April 2013

KH. Warson Munwawwir, Pionir Kamus Al-Munawwir Berpulang


Krapyak, 18 April 2013. KH. Ahmad Warsun Moenawwir, Penyusun kamus Bahasa Arab -Indonesia “Al-Munawwir” yang masyhur itu berpulang pada usia 79 tahun. Almarhum wafat pada Kamis Pahing, 7 Jumadil Akhir 1434 H/18 April 2013 M tepat 3 hari sebelum peringatan haul ke-74 KH. M. Moenawwir yang diadakan Ahad, 21 April 2013.  Kondisi suami dari NY. Hj. Husnul Khotimah ini sebelumnya sudah sering sakit-sakitan karena faktor usia. Beliau lahir pada Jum’at Pon, jam 00.30, tanggal 22 Sya’ban tahun Wawu (1865) 30 Nopember 1934/20 Sya’ban 1353 H.

Berita wafatnya Kyai Warsun mulai tersebar sejak pukul 06.00 pagi tadi. berdasarkan informasi yang diterima redaksi, selepas shubuh tadi almarhum sempat di bawa ke rumah sakit. Namun Allah berkehendak, Kyai Warsun menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kyai Warsun meniggalkan 1 istri dan 2 orang putra, serta 4 orang cucu.  Jenazah akan dimakamkan di makam Dongkelan berdampingan dengan keluarga Pondok Pesantren Al-Munawwir yang lain pada Kamis, 18 April 2013, pukul 16.00 wib. Selamat jalan Guru, karyamu akan terus hidup sebagai amal jariyah yang selalu mendampingimu. (Krapyak.org)

Sabtu, 06 April 2013

Mentri Nyentrik Dahlan Iskan


Di tengah perasaan saya yang galau dan pesimis melihat Indonesia, salah satu mentri belagak nyentrik tak kehabisan gaya Dahlan Iskan memeberikan penawar, sehingga rasa optimis kembali terbuka. Tidak ketinggalan juga gubernur DKI Jakarta juga waklinya, Joko widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga mengisi daftar pemimpim pemimpin nyentrik kala ini. Saya sekarang tidak mau banyak cerita, namun sekedar share berita tentang  mentri satu ini, Dahlan Iskan. Karena gayanya mengundang decak kagum, dan inspiratif, semilsal berita yang mau saya share kali ini tanggapan beliau dalam memajukan perekonomian Indonesia, bagaimana beliau memberikan optimistis dan solusi supaya masyarakat jelata maupun elit saling bersinergi. Berikut ceritanya..
Setiap negara memiliki cara masing-masing untuk membangkitkan ekonominya. Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, Indonesia punya tiga modal untuk mendongkrak ekonominya. Apa saja?

Selasa, 02 April 2013

Awalnya, Syaikh Buty Membuat "Gerah" Salafi-Wahabi

Syekh Said Ramadhan Al-Buthi adalah tokoh utama kelas dunia dari kalangan Sunni atau Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau tidak hanya dikenal sebagai seorang sufi, namun juga ahli syariat sekaligus ahli hakikat, dan argumentator Sunni terhadap serangan-serangan non-Sunni. Ini diakui baik di Suriah maupun di dunia Muslim lainnya.

Salah satu dari kehebatan Syekh Buthi adalah kemampuannya berargumentasi terhadap serangan-serangan kelompok takfiriyah yang suka mengkafirkan kelompok Asy’ari (Sunni), juga suka mengkafirkan amalan-amalan fadhilah dan lain sebagainya. Syekh Buthi ini paling gigih dan paling jitu untuk melawan mereka.

Ada dua karya Syekh Buthi yang membuat “gerah” kelompok Wahabi dan Salafi yang ada di Suriah dan di dunia muslim pada umumnya. Pertama bukunya yang berjudul al-La Mazhabiyyah: Akhtoru Bid'atin Tuhaddidus Syariah Islamiyyah, yang artinya bahwa pemikiran non madzhab adalah bid’ah baru yang dapat merusak pemikiran syari'ah. Ringkasnya, buku itu menjelaskan bahwa orang memahami Islam itu harus dengan pola berfikir. Nah pola berfikir itu dengan metodologi ijtihad yang tidak bisa hanya diserahkan orang-perorang yang tidak memenuhi syarat untuk itu. Menurut Syekh Buthi, bagi mereka yang melakukan itu samalah artinya dia merusak Islam karena dia akan memelencengkan makna yang sesungguhnya dari Islam itu sendiri. Buku ini sangat terkenal dan jitu sekali untuk melawan Wahabiyah dan kelompok takfiriyah tadi.
Kedua, buku Syekh Buthi yang berisi uraian tentang Salafi yakni As-Salafiyyah. Bahwa menurutnya, Salafi ini bukan madzab tapi suasana keagamaan pada zaman as-salafus salih. Jadi Salafi bukan merupakan pola pemikiran tapi fakta kehidupan darus salam itu yang damai.