(Menjabat
Presiden 1945-1966)
“Aku
adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari
kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa.
Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan
yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri. Apakah itu kebetulan atau
suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang memerintah, akan tetapi
apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi kemerdekaan rakyatku
bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya.”
Ungkapan
itu adalah ungkapan Bung Karno kepada penulis otobiografinya, Cindy Adam.
Soekarno,
yang bernama kecil Koesno, lahir di Blitar, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden
Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai. Siapa sangka, 44 tahun kemudian, pria yang
akrab disapa Bung Karno itu menjadi pembuka pintu bagi Indonesia meraih
kemerdekaannya setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah.
Sejak
kecil, Soekarno selalu hidup jauh dari orangtuanya. Saat mengenyam pendidikan
di bangku sekolah rakyat, ia kost di Surabaya, tepatnya di di rumah politisi
kawakan pendiri Syarikat Islam Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sampai tamat HBS
(Hoogere Burger School). Dari tokoh inilah, semangat kebangsaannya membara.
Maklum saja, di rumah HOS Tjokroaminoto kerap digelar diskusi politik. Pada
tahun 1921, Soekarno mempersunting putri bapak kostnya, Siti Oetari.
Petualangan
pendidikan Soekarno berlanjut ke Bandung. Di Kota Kembang ini, ia melanjutkan
pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang
kemudian menjadi menjadi ITB. Kerja kerasnya berbuah gelar insinyur pada 25 Mei
1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno menemukan jodoh yang lain. Inggit
Garnasih, yang dinikahinya pada tahun 1923.
Karir
politik Soekarno, terejawantahkan saat mendirikan PNI (Partai Nasional
Indonesia), 4 Juni 1927. Tujuannya, mendirikan negara Indonesia Merdeka.
Akibatnya, ia ditangkap, diadili, dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah
Hindia Belanda dan dijeboloskan ke penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29
Desember 1929.
Bebas
dari hotel prodeo, 1931, ia kemudian memimpin Partindo. Belanda kembali
menangkapnya (1933) dan membuang Soekarno ke Ende, Flores. Dari Ende, ia
dibuang ke Bengkulu selama empat tahun. Di sanalah ia menikahi Fatwamati (1943)
yang memberinya lima orang anak yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rahmawati, Sukmawati dan Guruh Soekarnoputra.
Tahun
1942, tentara pendudukan Belanda di Indonesia menyerah pada Jepang. Penindasan
yang dilakukan tentara pendudukan selama tiga tahun jauh lebih kejam. Di balik
itu, Jepang sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi Indonesia. Penyerahan
diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan Hiroshima, dibom atom oleh
tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka cakrawala baru bagi para
pejuang Indonesia. Mereka, tidak perlu menunggu, tetapi merebut kemerdekaan
dari Jepang.
Setelah
persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs Muhammad
Hatta, mereka memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945,
di Jalan Pegangsaan Timur No. 52 (sekarang Jln. Proklamasi), Jakarta.
Soekarno
juga dikenal berani. Salah satu ungkapan yang dilayangkannya kepada Amerika,
“Go to hell with your aid’, sempat menggemparkan. Tahun 1965-1966 menjadi saat
genting bagi kedudukan Soekarno. Saat itu, terjadi pertarungan berdarah antara
PKI dan unsur-unsur bersenjata yang didukung Barat. Bung Karno sadar, tetapi
terlambat. Sedikit demi sedikit ia dijepit. Akhirnya guru bangsa yang besar ini
disingkirkan dari panggung kekuasaan, dan digantikan Soeharto. Ia wafat pada
tahun 1971, sebagai seorang tahanan politik, di negeri yang kemerdekaannya
dengan gigih ia perjuangkan.
Bung Hatta
Mohammad Hatta, merupakan satu
dari dua tokoh legendaris Indonesia, yang disebut sebagai sang proklamator.
Bersama Presiden pertama RI, Soekarno, pria yang akrab disapa Bung Hatta ini
memproklamirkan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Hatta, lahir di
Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902, adalah pejuang, negarawan, dan
juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil
presiden yang telah dijabatnya sejak 1945, pada tahun 1956, karena berselisih
dengan Presiden Soekarno.
Hatta dikenal sebagai Bapak
Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya
sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator
kemerdekaan Indonesia.
Selama menjadi Wakil Presiden,
Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga
pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku
ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi
untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951,
Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia.
Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971). Ia
memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu
hukum dari Universitas Gajah Mada di Yogyakarta pada tanggal 27 Nopember 1956.
Setelah meletakkan jabatan
sebagai Wakil Presiden, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai
perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta
sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di
Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi.
Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu
hukum.
Hatta menikah dengan Rahmi Rachim
pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka
mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida
Nuriah. Putri sulungnya, Meutia Hatta adalah mantan Menteri Pemberdayaan
Perempuan di Kabinet Indonesia Bersatu. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua
cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.
Bung Hatta wafat pada tanggal 14
Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun
dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar