Senin, 17 September 2012

"Harta Adalah Senjata Bagi Seorang Mukmin Masa Kini"



Memang uang bukanlah tujuan hidup, akan tetapi ia telah menjadi kebutuhan hidup sehari hari. Sebab uang adalah sebagai alat tukar dan pembayaran yang sah ketika kita menghendaki sesuatu untuk kita miliki. Dengan uang manusia dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, maupun negara demi menciptakan kemajuan bersama. Dalam bahasa Arab uang disebutkan dengan kata al mal, bisa juga berarti: dana, aset, dan harta benda. 

Melihat urgensi uang dalam kehidupan kita penulis teringat perkataan Imam Sufyan as-Tsauri (97-161 H) yang terkenal dengan ‘amir al mu’minin fî al-hadits--julukan tertinggi bagi para pengkaji hadits, lebih tinggi dari pada seorang al Hakim--juga seorang yang zuhud dan alim. Beliau mengatakan “al-Mâl fî Hadza Zaman Silâh al-Mu’min”  yang berarti, uang atau harta benda pada zaman ini adalah senjata bagi orang mukmin. Perkataan ber-abad abad yang lalu akan tetapi masih tetap relevan sampai saat ini. Bahkan menurut penulis, sifatnya lebih ke kontinuitas. 


Penulis sepakat dengan Beliau yang menganalogikan uang sebagai senjata. Sebab sewaktu waktu uang juga bisa melibas objek tertentu. Dan apakah akan menghunus ke sasaran yang tepat ataukah tidak tentu tergantung pada si pemegangnya. Oleh karena itu jika uang dipegang oleh orang yang beriman yang senantiasa mentaati anjuraNya niscaya ia akan menghunus ke sasaran yang tepat. Namun apabila ia dipegang oleh orang yang  tak beriman dan Islamnya hanya sebatas identitas maka uang itu akan menikam sasaran yang salah.

Dalam perkataan di atas tercantum kata al Mu’min yang berarti orang beriman yakni yakin dalam hati, berikrar dengan lisan, serta mengamalkan. Berikut terdapat dalam firman Allah Swt. tentang anjuran dan janjiNya bagi seroang mukmin yaitu,
“Dan orang orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah 71)

Dalam ayat di atas dijelaskan tentang bagaimana seorang mukmin seharusnya berperilaku. Dan dengan ketentuan ketentuan di atas, tentunya akan mendukung tertatanya tananan hidup yang lebih baik. Akan tetapi tidak sedikit seseroang mengaku beriman tapi mengabaikan anjuranNya dan berperilaku sebaliknya, malah mencegah yang ma’ruf dan menjalankan yang mungkar. Sepertihalnya kasus yang menimpa pejabat tinggi negara kita, dan sebagian dari mereka adalah pemeluk agama Islam. Tentunya ini akan menjadi citra buruk bagi agama Islam sendiri dan negara pada umumnya. Seharsunya mereka mampu mengampu apa yang sudah diamanahkan dengan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. 

Al Mal juga berarti aset, baik pribadi, kelompok maupun negara. Aset pribadi semisal sawah, perkebunan dan barang dagang tentu bisa menjadi senjata. Ia dapat menumpas kemiskinan dan menjadikan pemiliknya sebagai pemenang. Sebab kebutuhan pribadi dan keluarga dapat tercukupi. Perkebunan dan sawah juga bisa menjadi milik kelompok, seperti yang terjadi di desa penulis atas inisiatif mereka untuk usaha bersama dan bagi hasil secara merata. Akan tetapi tidak jarang tanah dari sawah maupun perkebunan bisa di sulap menjadi gedung gedung angkuh ketika uang dimiliki oleh pemimpin atau pemilik yang dzolim. Akhirnya uang dan kekuasaanlah yang berbicara.

Ketika melihat aset negara, kekayaan sumber daya alam Indonesia bagaikan surga: tanah subur gemah ripah loh jinawi, kekayaan laut yang melimpah, belum juga kekayaan barang tambang tembaga, perak, hingga emas dan masih banyak lagi. Ironisnya, Indonesia yang memiliki semua itu, tapi hanya meraup sedikit keuntungan--bisa dibilang bukan untung tapi malah rugi. Ibarat Indonesia yang menanam dan memiliki tanaman tapi buahnya diunduh pihak asing. Coba bayangkan jika Indonesia bisa memanfaatkan kekayaan yang dimiliki dan berdiri di atas kaki sendiri, berapa keuntungan dan manfaat yang akan diraup? Indonesia akan menjadi negara mandiri, masyarakat dengan mudah untuk memenuhi kebutuhasn sehari hari tanpa ada kehidupan tumpang tindih dan tidak bergantung dengan negara lain.

Oleh karena itu dalam sebuah kepemimpinan bagi pemeluk agama Islam diperlukan adanya orang orang yang berkomitmen terhadap kemukminannya, patuh terhadap perintah, dan berpegang teguh pada janji-janjiNya. Guna menjadi pemegang senjata yang handal kemudian menjadi pemimpin dan pemenang dalam medan perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar