Matrouh
& Siwa nan mempesona, ciptaan Allah SWT termanifestasi melalui indah sebiru
laut Romel, Agiba, luas padang pasir Siwa dengan pasir yang lembut, dan indahnya
oase seakan memberikan kesegaran di tengah dahaga. Lantas subhanAllah terucap
ketika tatapan pertama tertuju pada keindahan keindahan tersebut. Serasa hamba
ini seklumit di tengah hamparan padang pasir dan luasnya lautan. Hitung hitung
berlibur sembari kontemplasi keagungan Tuhan, dan menengok peninggalan
peninggalan masa lampau.
Malam, 2 bulan juli 2012 saya beserta rombogan summer tour Fosmagati “forum
silaturahim masyarakat gunung jati, cairo
mesir” berangkat pukul satu pagi, ke rute pertama yaitu kawasan Matrouh,
memerlukan waktu 6 jam dari cairo.
Dengan objek wisata pantai Rommel,
Hamam Cleopatra, dan pantai Agiba. Siang setiba kami di pantai Rommel, langsung
di hadirkan kepada kami, keindahan pantai dengan air yang jernih, berwarna biru, dan terbilang dangkal hingga berjarak berkisar setengah sampai satu kilo
meter dari bibir pantai, serta ombak yang melandai. Sehingga sangat cocok
untuk bagi mereka yang kurang pandai berenang, atau pun untuk belajar berenang,
dan menyenangkan juga untuk bermain air ria. Rute kedua Hamam Cleopatra, Hamam
yang berarti kamar mandi, sedangkan Cleopatra sendiri adalah ratu Mesir kuno. Tapi
di sini saya kurang begitu menahu, apakah hamam di sini sekedar istilah atau
memang pernah di gunakan Cleopatra untuk mandi, ataupun sekedar buang hajat, melihat
Hamamnya berbentuk pantai. Terlepas dari itu, pemandangan pantainya sangatlah indah
dengan batu karang dan bebatuan besar memiliki arsitektur unik, di pantai ini
kami hanya sekedar foto foto sambil menyisiri pantai, karena durasinya tidak cukup lama. Setelah puas berfoto berlanjut ke rute ketiga pantai Agiba,
ketika sampai langsung tersaji view pemandangan biru laut yang terhampar
luas, sungguh luar biasa, karena posisi kami, atau lokasi parkir mobil ada di
atas, kemudian pantainya berada di bawah. Kamipun tidak sabar untuk mencoba
mandi di pantai tersebut, tapi untuk menuju pantai harus terlebih dahulu
menuruni anak tangga, yang cukup tinggi. Setelah sampai bawah serasa pulang
kampung, karena pantainya mirip salah satu pantai yang berada di Yogyakarta
yaitu pantai Baron, karena pantainya sama sama terhimpit tebing tinggi dan juga
kekuatan ombaknya. Agiba memang mempesona karena keindahan biru lautnya dan
pasir putih, tebing tebingnya juga mempunyai bentuk artistik. Selain itu juga
menawarkan ombak yang cukup besar, jadi sangat cocok untuk bermain main ombak.
Tapi awas, dari pantai Rommel hingga Agiba terdapat kandungan garam cukup
tinggi, jadi terasa sakit ketika masuk ke mata atau hidung.
Kemudian rute kedua yaitu Siwa, berangkat dari Matrouh pukul
5 sore memerlukan waktu berkisar 4 jam. Perjalanan panjang masih terasa
menyenangkan dan tidak terlalu melelahkan, karena setiap setengah perjalanan
kami berhenti di tengah tengah padang pasir dengan terdapat kafe atau tempat
peristirahatan, sembari minum kopi atau teh panas juga merenggangkan otot,
sehingga perjalanan ini benar benar merasakan perjalanan. Setelah sampai ke Siwa,
kami rombongan beristirahat di hotel Cleopatra, untuk beristirahat dan esok
harinya akan diteruskan menuju ke objek wisata yang berada di kawasan Siwa.
Untuk rute kedua ini, berbeda dari rute awal yang mayoritas terisi pantai. Menuju objek pertama yaitu laut mati, berisikan garam yang mengering, jadi di laut ini hanya terlihat garam yang putih di hamparan luas, dan konon kandungan garamnya, adalah tertinggi sedunia. Rasanya tidak percaya, ketika disuruh terjun ke laut mati tersebut, apakah memang benar benar sudah mengering atau belum. Dan ternyata memang, lautnya sudah mengering membentuk bulatan bulatan garam putih yang mengeras. Lanjut ke objek yang kedua ‘Ain Cleopatra atau mata air Cleopatra, konon mata air ini bisa menghilangkan bakteri dalam tubuh. Akan tetapi setelah saya lihat, ya memang airnya cukup jernih, tapi kurang adanya perawatan karena masih terlihat banyak kotoran dan lumut yang menempel di dinding dinding pembatas, soal apakah memang bisa menghilangkan bakteri, percaya atau tidak terserah anda. Lanjut ke objek yang ketiga, yaitu Gabal Dakrur “gunung Dakrur” dan juga terdapat bangunan bangunan Mesir kuno, kalau dilihat rumahnya sangat sederhana, karena hanya batu bata yang di tumpuk tumpuk, kemudian cara meneyemen hanya dilepmari pasir, dan atapnya menggunakan pohon kurma beserta dedaunanya. Setelah melihat lihat dan bernarsis di objek yang ketiga kami pulang ke hotel, yang kemudian sore harinya akan dilanjutkan menuju Siwa Oasis.
Untuk rute kedua ini, berbeda dari rute awal yang mayoritas terisi pantai. Menuju objek pertama yaitu laut mati, berisikan garam yang mengering, jadi di laut ini hanya terlihat garam yang putih di hamparan luas, dan konon kandungan garamnya, adalah tertinggi sedunia. Rasanya tidak percaya, ketika disuruh terjun ke laut mati tersebut, apakah memang benar benar sudah mengering atau belum. Dan ternyata memang, lautnya sudah mengering membentuk bulatan bulatan garam putih yang mengeras. Lanjut ke objek yang kedua ‘Ain Cleopatra atau mata air Cleopatra, konon mata air ini bisa menghilangkan bakteri dalam tubuh. Akan tetapi setelah saya lihat, ya memang airnya cukup jernih, tapi kurang adanya perawatan karena masih terlihat banyak kotoran dan lumut yang menempel di dinding dinding pembatas, soal apakah memang bisa menghilangkan bakteri, percaya atau tidak terserah anda. Lanjut ke objek yang ketiga, yaitu Gabal Dakrur “gunung Dakrur” dan juga terdapat bangunan bangunan Mesir kuno, kalau dilihat rumahnya sangat sederhana, karena hanya batu bata yang di tumpuk tumpuk, kemudian cara meneyemen hanya dilepmari pasir, dan atapnya menggunakan pohon kurma beserta dedaunanya. Setelah melihat lihat dan bernarsis di objek yang ketiga kami pulang ke hotel, yang kemudian sore harinya akan dilanjutkan menuju Siwa Oasis.
Objek yang ditunggu tunggu, offroad di padang pasir,
menuju oase. Jam 4 sore kami berangkat dari hotel,
lokasi offroad sebenarnya adalah perbatasan antara Mesir dengan Libia,
yang berdekatan dengan Siwa, jadi kami pun dianjurkan untuk izin terlebih
dahulu tapi soal perizinan itu menjadi salah satu paket ketika registrasi untuk
offroad, dan dengan segala perlengkapannya. Menggunakan mobil khusus
yang berjenis Jip, kami melewati rintangan yang curam, gundukan gundukan padang
pasir yang meninggi kami naiki, dan turun menggunakan mobil tersebut. Rasanya
benar benar meneganggkan dan menguji adrenalin, karena ini juga pertama kalinya.
Mungkin sepertihalnya Jet Coaster yang berada di wahana permainan, akan tetapi
itu sudah mempunyai tingkat standar keamanan yang ketat, coba di bandingkan
dengan mobil ketika menaiki dan menuruni gundukan tinggi gurun pasir yang
tingginya berkisar antara 10-15 M, yang bisa saja terjungkil mengguling, karena
hanya bermodal keahlian si pengendali.
Bahkan kemarin hampir saja menjumpai momen yang menengangkan tersebut, salah satu mobil dari rombongan kami ketika mengarungi lautan padang pasir kemudian sampai puncak gundukan gurun dan hendak turun, hampir saja tidak berhasil alias mau terjungkil, tapi Alhamdulillah karena sopir sudah berpengalaman, maka waktu menengangkan itu segera terlewati dengan selamat. Ternyata setelah sampai oase mobil tersebut mogok, jadi penyebabnya bukannya si supir kurang lihai berkendara, akan tetapi memang keadaan mobilnya yang sudah tua renta atau kurang layak untuk offroad. Ketika di oase, kami sebagian ada yang duduk bercanda ria, sambil minum teh dan makan makanan ringan, berenang di oase, dan ada salah satu teman kami yang memancing kemudian berhasil mendapatkan ikan. Setelah puas menikmati suasana oase, kami lanjutkan untuk bertualang naik turun gurun, tentunya yang tidak kalah menarik, bahkan lebih banyak dan menantang dari yang awal. Setelah waktu menunjukkan pukul 8 malam pulang menuju hotel, dan kepuasanlah yang kami dapat. Kemudian untuk esok harinya yang akan di lanjutkan menuju pantai ‘ubait, pantai yang juga mempunyai daya tarik, antara lain karena pasirnya yang putih, air jernih, dan bisa dikatakan ombaknya di tengah tengah antara pantai Rommel dan pantai Agiba, dengan dilanjutkan pulang menuju ke Cairo.
Bahkan kemarin hampir saja menjumpai momen yang menengangkan tersebut, salah satu mobil dari rombongan kami ketika mengarungi lautan padang pasir kemudian sampai puncak gundukan gurun dan hendak turun, hampir saja tidak berhasil alias mau terjungkil, tapi Alhamdulillah karena sopir sudah berpengalaman, maka waktu menengangkan itu segera terlewati dengan selamat. Ternyata setelah sampai oase mobil tersebut mogok, jadi penyebabnya bukannya si supir kurang lihai berkendara, akan tetapi memang keadaan mobilnya yang sudah tua renta atau kurang layak untuk offroad. Ketika di oase, kami sebagian ada yang duduk bercanda ria, sambil minum teh dan makan makanan ringan, berenang di oase, dan ada salah satu teman kami yang memancing kemudian berhasil mendapatkan ikan. Setelah puas menikmati suasana oase, kami lanjutkan untuk bertualang naik turun gurun, tentunya yang tidak kalah menarik, bahkan lebih banyak dan menantang dari yang awal. Setelah waktu menunjukkan pukul 8 malam pulang menuju hotel, dan kepuasanlah yang kami dapat. Kemudian untuk esok harinya yang akan di lanjutkan menuju pantai ‘ubait, pantai yang juga mempunyai daya tarik, antara lain karena pasirnya yang putih, air jernih, dan bisa dikatakan ombaknya di tengah tengah antara pantai Rommel dan pantai Agiba, dengan dilanjutkan pulang menuju ke Cairo.
Untuk gallery foto bisa klik di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar