Indonesia, adalah salah satu negara besar yang
melingkup banyak kepulauan, terdapat eksotisme alam menabjubkan, dengan
menyimpan berbagai kekayaan bumi. Selain itu buminya gemah ripah loh jinawi, warna
warni adat budaya. Akan tetapi kini malah menjadi ironi, karena adannya sikap tidak
bermanusiawi.
Ketika menyibak pemandangan luar biasa, karena
eksotisme alam Indonesia yang begitu mengagumkan. Lihat, hijau daun beserta
pepohonan yang rindang, di situ terdapat nuansa kesejukan tersendiri.
Berikutnya melimpahnya kekayaan laut beserta keindahan bawah lautnya. Serta
lihat, bumi Indonesia yang subur, ketika
ditanam maka tumbuhlah, dan dengan berbagai kekayaan bumi lainnya.
Realitanya berbeda dengan apa yang seharusnya dirasakan sekarang. Hal Itu terjadi karena minimnya
sosalisasi, pemberdayaan manusia yang kurang memadai. Dan di dukung ulah para
mereka yang tidak memanusiakan manusia, petingi petinggi negara yang dolim,
beserta mereka yang kaya yang takluk akan kekayaannya. Seharusnya masyarakat dapat
memanfaatkan kekayaan alam, dan mendapat keadilan untuk merasakan hal yang sama,
dengan hak masing masing. Bukan mengalami tumpang tindih dan tentunya hal itu menjadi
sebuah anomali.
Para pejabat tinggi dengan berbagai "prabotan"nya
yang mewah. Kemudian dengan gaya necis, berdiri di atas podium berorasi,
ataupun melalui sarana media lainnya. Mereka berkoar koar mengumbar janji
manis, tidak lupa juga dengan uang saku, kaos yang didistribusikan, dan apa pun
itu untuk memperlancar misinya. Tapi janji sekarang hanya tinggal janji, dulu
mereka berjanji manis, kini sepahlah janji itu. Tidak berhenti sampai di situ,
setelah terlaksana misinya, dan janjinya berujung bualan, ditambah lagi dengan
aksi korupsi yang semakin ramai. Dan anehnya walaupun aksinya sudah diketahui,
masih saja berbelit dalam persidangan supaya mendapatkan hukuman seminimal
mungkin. Tentunya berbeda, ketika hukum itu menimpa warga biasa, dengan mudah
sekali untuk menghaikimi, dan hasilnya pun tidak sebanding apa yang selayaknya,
ketika di bandingkan dengan mereka yang berjabat. Apakah hukum hanya milik bagi
yang berkuasa dan berduit.
Dan selain itu, para petinggi negara dengan
menggunakan kekuasaanya, membuat tindakan untuk menambah kemewahan fasilitasnya,
entah itu mobil mewah, gedung megah, sampai study banding ke luar negeri,
dengan dalih untuk menunjang kinerjanya. Hal itu wajar saja, ketika dibuktikan
dengan kinerja yang memuaskan, dan anggaran yang sepantasnya. Namun lagi lagi, realitanya
berkata lain, kinerja para petinggi ambruk, dengan hasil kurang memuaskan, dan terbukti
masih banyaknya kesenjangan sosial di sana sini yang mudah ditemui. Walhasil,
di samping masyarakat yang serba kekurangan, kelaparan, tidak ada lapangan
kerja yang mencukupi, hidup dengan ala kadarnya, rela mengais dengan sisa yang ada. Para pejabat
malah berumbar dengan kemewahannya, lagi lagi para koruptor yang tidak tahu
dosa, menggunakan uang haram itu, untuk sekedar berfoya foya dengan kemewahan,
dan tidak mereka sadari, hal itu hanyalah fatamorgana semata.
Dan terkadang, para petinggi juga mengeluarkan
kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, semisal kerjasama terhadap negara
lain dan malah membawa rugi terhadap negara sendiri, salah satunya berupa
importir barang ataupun hasil bumi. Dan baru baru ini dalam sebuah laporan
berita dari salah satu setasiun televisi nasional, di daerah Brebes Jawa
Tengah, adanya importir bawang merah dari Vietnam, tentunya ini membawa kabar
pedas terhadap para petani kecil. Padahal Brebes adalah daerah yang terkenal
dengan surganya bawang, dan Indonesia sendiri mempunya tanah sebegitu luasnya,
dan tingkat kesuburan yang tinggi, sungguh ironi memang.
Selanjutnya, ketika ibu kota Jakarta menjadi
sudut pandang, apa yang sepintas terbesit dalam benak, tidak lain gedung gedung
pencakar langit yang angkuh berdiri, berikut dengan kemacetan yang tak
terbendung. Kaum borjuis masih enak saja dan dengan mudah membangun gedung
gedung tinggi nan megah, entah itu berupa mall, hotel maupun lainnya, tanpa
menghiraukan lingkungan sekitar. Seharusnya tempat pembangunan itu menjadi
tanah hijau, meliputi taman kota ataupun kebun, sebagai resapan air dan mengisi
keindahan tatanan kota sekaligus mengurangi polusi udara bukan sebagai tempat
penanaman beton beton keras. Sungguh keadaan yang memperihatinkan, di tengah
tengah gedung megah, masih banyak di pinggiran para warga tidak berkecukupan,
bertempat tinggal dengan berlangitkan atap tembus pandang, berbilik bambu yang
sudah rapuh, beralaskan kasur tua, dan bersanding dengan lingkungan kumuh.
Sedangkan para borjuis dengan bangga memandangi gedungnya yang tinggi, dengan
leha leha tidur di springbad, beserta fasilitas kemewahan lainnya.
Kalau begini, hanya para petinggi negara dan
kaum borjuis saja yang bisa menikmati surga Indonesia. Bagaimana mungkin
masyarakat bisa merasakan kesejahteraan, kalau pemimpinnya tidak menjalankan
yang semestinya. Seharusnya mereka lebih mementingkan masyarakat dan peka
terhadap situasi kondisi sosial sekitar. Ya semoga kita, mereka senantiasa
dalam pengawasan dan lindunganNya. Dan semua itu, bukan berarti menjadi halangan
bagi individu untuk bergerak memulai dengan sesuat yang bermanfaat. Oleh karena
itu, buanglah sikap apatis, selagi bisa bertindak, why not?.
Pemimpin dan wakil rakyat kita tuh udah putus urat malunya.. :(
BalasHapusyang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin..
yang kuat yang menang, yang lemah selalu kalah..
itulah mba, nilai2 keagamaan dan rasa kemanusiaanya g di pake, apa sudah g punya lagi ya..? :)
HapusKalo ngomongin pemimpin negara ini cuma menyisakan emosi yg tiada habisnya :)
HapusSalam kenal juga, makasiy udah mampir duluan :D
iya, heem..kapan hati nurani mereka yang bicara?
Hapus"salam kenal juga"perasaan sya blm ngajak kenalan, pi ko salam kenal juga,hehe piss..
yupz sama2, salam kenal kembali :)