Sore tidak terlalu bersahabat. Bertarung dengan gerimis dan desakan para karyawan yang antri menunggu bus sepulang kerja. Basah, becek, sempit. Itulah kata yang dapat mewakili suasana halte yang telah menjadi “sahabatku” semenjak beberapa bulan lalu.
Namaku Aulia Putri, lebih sering di panggil Aya. Umurku 24 tahun. 6 bulan yang lalu aku resmi menjadi karyawati salah satu bank swasta di kota Jakarta, Jakarta Selatan tepatnya. Menempuh perjalanan 20 menti setiap pagi dan sore menjadi rutinitasku setiap hari. Utntung saja rumahku tidak terlalu jauh dari tempat aku bekerja. 15 menit berlalu semenjak aku sampai di halte ini, 3 bus juga sudah berlalu. Penuh dan berdesakan. Tak sanggup rasanya jika aku harus memaksakan diri masuk ke dalam bus yang penuh sesak itu. Tunggu yang berikutnya saja, bathinku.
5 menit..10 menit..,dan akhirnya aku memnemukan bus yang lumayan kosong. Dan aku pun naik. Mataku mulai bertamasya mencari bangku kosong. Hmmm….ada 2. Tak kupedulikan siapa yang mengisi bangku di sebelah, langsung ku daratkan tubuhku disebelahnya sambil menarik napas panjang. Ahh…akhirnya pulang juga.
Keesokan paginya, selama perjalanan menuju kantor aku duduk di sebelah lelaki yang kuperkirakan umurnya berkisar antara 26 atau 27 tahun. Rapi,bersih dan saleh. Kata terakhir itu (saleh) ku simpulkan karena selama perjalanan dia tidak berkata satu patah kata pun padaku. Bibirnya asyik komat kamit membaca 1 buku dan ternyata bukan sembarang buku. Itu lebih seperti kitab / buku agama tentang Al Quran, Sunnah dan Hadist. Maka kusimpulkan dia saleh. Kesimpulan yang terlalu cepat, actually…
Singkat cerita, sorepun tiba. Hal yang sama terulang. Hujan, basah dan berdesakan di halte demi menunggu bus untuk pulang. Pada dasarnya aku suka hujan tapi tidak seperti ini, ketika harus berdesakan di tempat umum. Aku suka melihat hujan dari jendela kamarku. Aku juga suka mencium aroma rerumputan setelah hujan. Aku suka hujan.
Dan ketika bus tujuanku datang, kulangkahkan kaki menuju pintu masuk. Ya…,ada 2 bangku kosong lagi. Kuputuskan memilih yang terdekat dariku saat ini. Kutarik napas panjang setelah berhasil duduk dengan baik. Kudengar suara tawa halus dari sosok yang duduk di sebelahku. Spontan ku lirik dia dan ternyata…..
Jumat, 20 Agustus 2010
Kamis, 12 Agustus 2010
RahasiaMu
Setajam mataku memandang
Sepanjang tanganku menggapai
Sejauh kakiku melangkah
Tetap tak dapat ku raih
Sesungguhnya itu adalah maksudMu
Tak siapapun berhak untuk bercampur
Itu sakral, hannyalah KuasaMu
Tubuh ini hannya sanggup menengadah
Menengadah dalam penuh harap
Pasrah atas semua
Dan berusaha
Dengan apa yang harus di usahakan
Sepanjang tanganku menggapai
Sejauh kakiku melangkah
Tetap tak dapat ku raih
Sesungguhnya itu adalah maksudMu
Tak siapapun berhak untuk bercampur
Itu sakral, hannyalah KuasaMu
Tubuh ini hannya sanggup menengadah
Menengadah dalam penuh harap
Pasrah atas semua
Dan berusaha
Dengan apa yang harus di usahakan
Labels:
Sastra
Minggu, 08 Agustus 2010
Cintaku Bertemu di Padang Pasir
Mandi, sikat gigi, dandan yah seperti halnya orang yang mau bepergian. Packing juga tidak ketinggalan, karena hari ini tepatnya 12:00 clt waktu malam, mau berangkat rihlah alias piknik ke hurgada. Sebuah objek pantai yang indah, itupun baru terdengar dari mulut teman yang pernah menyambangi pantai itu. Ceritanya di pantai hurgada terdapat sebuah pulau Paradise yang memang menjadi tujuan utama ruhlah. Di samping pantai dan pulau yang indah, juga pengunjung yang mayoritas bule, dengan otomatis terdapat pemandangan para bule itu memanjakan tubuhnya dengan terik matahari. Apakah demikian, hatiku bertannya. Setelah mandi, tepatnya habis sholat isya' yang memang cuaca lagi memanasnya, begitu panas membakar kulit yang tampaknya sudah sawo matang. Kulitpun ikut haus, terasa layu, ibarat bunga yang akan mekar ketika di siram secara rutin.Rasanya tubuh ini kembali segar ketika teraliri air. Dan setelah, packing siap untuk meluncur menuju daerah bawabat 3, letak dimana kita berkumul, untuk start awal menuju pantai hurgada.15 sampai 30 menit menunggu, yang ternyata bus yang telah di sewa terlambat selama dua jam, ahirnya jam 02:00 berangkat, dengan muka masam karena terasa lelah menunggu. Akan tetapi masih semangat untuk menuju pantai. Bismillahi tawakaltu 'alaAllah, berangkatlah bus kita.
Labels:
Sastra (cerpen)
Langganan:
Postingan (Atom)