Seumber: Aqil Fikri
Mbah Kiyai Zainuddin adalah ulama besar Nusantara yang
"paling tidak terekspose" bila dibanding dengan ulama-ulama
seangkatannya semisal Syekh Nawawi al-Bantaniy, Syekh Sholeh Darat (guru
beliau), Syekh Kholil Bangkalan, KH. Dimyathi Tremas Pacitan, Syekh Asnawi
Kudus.
Ketika dulu para santri masih menggunakan sitem rihlah
(kelana), maka Mbah Kiyai Zainuddin adalah salah satu ulama "wajib"
yang dituju para santri pada zaman itu dalam rangka menyempurnakan keilmuan
para santri. Dari segi usia memang beliau paling muda dengan teman
seangkatannya namun beliau yang paling akhir meninggal dunia (menurut
keterangan salah satu santrinya wafat beliau tahun 1954).
Beliau menempati sebuah pondok tua yaitu di Mojosari Loceret
Nganjuk. Mungkin karena secara geografis berada di kaki gunung Wilis, maka
beliau "tidak banyak diekspose" dibanding sahabat-sahabatnya, karena
memang dalam sejarahnya beliau cenderung bergerak dalam keilmuan tasawwuf.