Maka, ia meletakkan lukisannya di sebuah jalan yang ramai. Di bawah lukisan tersebut, dia beri tulisan: 'Lukisan ini adalah karya saya. Mungkin saya telah membuat beberapa kesalahan dalam goresan, pemilihan warna, dsb. Tolong beri tanda X pada bagian yang menurut Anda salah.'
Sore harinya, si seniman kembali untuk mengambil lukisan itu, dan dia amat terkejut melihat seluruh kanvas penuh dengan tanda X berikut komentar-komentar pedas.
Dengan sangat kecewa, si seniman pergi ke tempat guru melukisnya. Dia merasa tidak berguna dan gagal menjadi pelukis. Sang guru yang bijaksana, lantas menunjukkan pada muridnya cara untuk membuktikan bahwa dia bukan pelukis yang buruk.
Guru lukis ini memintanya untuk membuat kembali lukisan yang telah dicoret orang-orang itu. Namun kali ini, tulisan di bawah lukisan itu berbunyi demikian: 'Saudara-saudara, saya telah melukis lukisan ini. Mungkin ada kesalahan dalam goresan, pemilihan warna, dsb. Maka saya sediakan kanvas, sekotak kuas, dan cat. Mohon berbaik hati memperbaikinya. Terima kasih.'
Sore harinya, dia kembali. Hasilnya? Lukisan itu tetap bersih tanpa satu pun koreksi. Lukisan itu tetap ditinggalkan di sana hingga tiga hari berikutnya, dan masih tetap bersih dari koreksi."
Pesan yang bisa diambil dari cerita Ini:
- Mengkritik memang mudah, namun memperbaiki itu sulit.
- Jangan biarkan diri Anda hancur dan depresi hanya karena kritikan orang lain.
- Analisa kritik dengan teliti Jika salah, jangan pedulikan. Tapi jika benar ya harus diterima. Ambil kritik untuk memperbaiki diri.
Salam sukses luar biasa!
Sumber: Andrie Wongso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar